Rabu, 21 Mei 2014

KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA DENGAN REMAJANYA

Gaya Komunikasi Orang Tua dengan Remajanya

         Pada fase remaja, mereka tidak cocok diajak berkomunikasi dengan gaya orang tua yang memerintah dan mengatur, karena mereka akan memandang orang tua sebagai sosok yang mengancam dan tiak mampu mengerti diri remaja. Gaya komunikasi yang cocok dengan remaja adalah dengan gaya komunikasi layaknya seorang teman. Orang tua dapat mengajak anak berkomunikasi dengan santai, tidak memberikan penilaian, serta tidak terkesan menggurui. Dengan gaya komunikasi seperti ini membuat remaja merasa lebih aman dan nyaman dalam mendengarkan orang tua, karena orang tua dianggap mampu mengerti posisi serta keinginan diri remaja.

Gaya Berkomunikasi Remaja dengan Orang Tuanya

         Remaja saat ini nyaman berkomunikasi dengan teman atau sebayanya melalui jejaring sosial, misalnya Facebook dan Twitter. Tidak dapat dipungkiri bahwa bergaul dalam jejaring sosial adalah hal yang sangat menyenangkan. Hanya dengan berbekal akun, masyarakat pengguna situs jejaring sosial dapat menerima dan bertukar informasi dengan siapapun dari seluruh penjuru dunia.
         Dari jejaring sosial tersebut, sebenarnya orang tua bisa memantau kegiatan anak remajanya. Bukan tidak mungkin jika seorang anak yang terlihat biasa-biasa saja ternyata sedang memendam satu permasalahan dan mereka akan cenderung lari ke jejaring sosialnya untuk bercurhat, bukan kepada orang tuantya.

Keterampilan Komunikasi Orang Tua dengan Remajanya

         Ada beberapa keterampilan komunikasi yang perlu dikembangkan oleh orang tua dengan remajanya, antara lain:

    1.  Mengenal Diri Orang Tua

         Dalam berkomunikasi terutama dengan remaja penting bagi orang tua harus mengenal:
  • Kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya.
  • Kelemahan atau kekurangan yang dirasa mengganggu.
  • Cara memanfaatkan kelebihan dan mengatasi kekurangan diri.
         Dengan pengenalan diri, orang tua bisa menerima diri apa adanya, sehingga tahu apa yang harus dirubah. Selain itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan mudah menerima remajanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

         Ada beberapa cara agar orang tua dapat mengenal dirinya sendiri yaitu melalui:
  • Menghargai diri sendiri : biasakan tidak membandingkan diri dengan orang lain, karena setiap orang itu unik, kita dan orang lain pasti memiliki perbedaan.
  • Menghargai upaya yang sudah kita lakukan : walaupun mungkin belum berhasil, tetapi tetap berusaha menghargai niat dan upaya yang telah kita lakukan.
  • Menentukan tujuan hidup kita : sebagai orang tua tentukan tujuan dalam mendidik anak, ingin menjadi ibu yang menjadi panutan bagi anak-anaknya atau ingin menjadi ayah yang sukses mendidik anaknya.
  • Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Memandang dirinya maupun remaja dari sisi positif.
  • Mengembangkan minat dan kemampuan diri : bersedia menghabiskan waktu dan tenaga untuk belajar dan melakukan tugas sampai tujuan tercapai.
  • Mengendalikan perasaan : tidak mudah marah, menghadapi kesedihan dengan wajar dan tidak berlebihan, tidak mudah terpengaruh keadaan sesaat, dan bisa menerima penjelasan remaja dengan tenang.
    2.  Mengenal Diri Remaja

         Penting bagi orang tua memahami perasaan remaja. Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja yang disebabkan karena orang tua kurang dapat memahami perasaan remaja yang diajak bicara. Agar komunikasi dapat lebih efektif, orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami perasaan remaja sebagai lawan bicara.

         Pada dasarnya kebutuhan manusia yang paling dalam adalah keinginan agar perasaannya dimengerti, didengar, dihargai, dan dirinya dapat diterima oleh orang lain. Dengan bersedia menerima perasaan remaja, menunjukkan bahwa kita menghargai remaja dan hal tersebut membuat mereka merasa berharga. Remaja akan belajar bahwa bukan hanya perasaan mereka saja yang penting, tetapi juga perasaan orang lain sama pentingnya.

a.  Perasaan yang sering dialami remaja
  • Perasaan negatif (marah, kesal, bosan, bingung, kecewa, frustasi, merasa tidak diperhatikan, kaget, ragu-ragu, tidak nyaman, merasa tidak dicintai, dan sebagainya).
  • Perasaan positif (berani, puas, yakin pada kemampuan diri, senang, berminat, bangga, hebat, dan sebagainya).
         Perasaan memegang peran yang sangat penting dalam berkomunikasi. Seseorang yang sedang dalam perasaan senang akan mudah berkomunikasi atau menyampaikan pikiran, pendapat, bahkan perasaan hatinya.

b.  Cara memahami perasaan remaja

         Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus menerima terlebih dahulu perasaan dan ungkapan remaja, terutama ketika ia sedang mengalami masalah. Ini sangat penting agar mereka merasa nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan dengan lawan bicaranya. Banyak perasaan yang dialami seseorang termasuk remaja tidak akan muncul dalam ungkapan atau kata-kata namun muncul dalam bahasa tubuh seperti tersenyum, menangis, gugup, dan lain sebagainya.

    3.  Mendengar Aktif

         Mendengar aktif adalah cara mendengar dan menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan menunjukkan kepada remaja bahwa kita sungguh-sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang terkandung didalamnya. Kita dapat memahami remaja seperti yang mereka rasakan bukan seperti apa yang kita lihat atau kita sangka.

         Beberapa sikap yang perlu dikembangkan oleh orang tua dalam mendengar persoalan remaja:
  • Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan sungguh-sungguh.
  • Membuka diri dan siap mendengarkan.
  • Tidak berbicara ketika remaja berbicara.
  • Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan remaja sesuai dengan kaca mata remaja, bukan kaca mata orang tua.
         Mendengar aktif sangat tepat digunakan apabila remaja sedang mengalami masalah dan menunjukkan emosi yang kuat, atau remaja tidak menunjukkan emosi akan tetapi dapat ditangkap perasaannya sedang tidak nyaman. Dalam mendengar aktif, orang tua seolah-olah berperan seperti cermin dengan memantulkan kembali, memaknai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang diungkapkan remaja, sehingga ia merasa didengar, dipahami, dan didukung.

         Banyak keuntungan yang diperoleh jika kita mendengar aktif pada saat berkomunikasi dengan remaja, antara lain:
  • Membantu remaja untuk mengenal, menerima, dan mengerti perasaannya sendiri serta menemukan cara mengatasi perasaan dan masalahnya.
  • Merangsang mereka untuk berbicara dan mengemukakan masalahnya sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya dirasakan remaja. Dengan demikian perasaan negatif tersebut sedikit demi sedikit akan hilang.
  • Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan hubungan orang tua dengan remaja. Kita jadi belajar untuk bisa menerima keunikan remaja yang sedang kita dengarkan masalahnya.
  • Membuat remaja merasa dirinya penting dan berharga.
  • Membuat remaja merasa diterima dan dipahami cenderung akan mudah menerima dan memahami orang lain.
  • Membuat remaja mau mendengarkan orang tuanya sehingga mudah terjalin kerja sama.
    4.  Memahami "Pesan Kamu" dan "Pesan Saya"

a. Pengertian "Pesan Kamu" dan "Pesan Saya"

         "Pesan Kamu" adalah cara orang tua berkomunikasi dengan terbiasa menggunakan bahasa "Kamu". Cara seperti ini tidak menyampaikan akibat perilaku remaja terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan remaja, cenderung tidak membedakan antara remaja dan perilakunya sehingga membuat remaja merasa disalahkan, direndahkan, dan disudutkan.

         "Pesan Saya" lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku remaja sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui "Pesan Saya" akan mendorong semangat remaja mengembangkan keberanian sehingga remaja akan merasa nyaman.

b. Cara Mempraktekkan "Pesan Saya"
  • Ungkapkan perasaan orang tua yang bersangkut paut dengan konsekuensi perilaku remaja.
  • Tunjukkan hal yang khusus dan positif apa yang orang tua inginkan agar remaja mau melakukannya.
c. "Pesan Saya" ada 4
  • Saya merasa (pernyataan yang mengandung bagaimana perasaan orang tua yang berkaitan dengan tingkah laku remaja yang mengganggu).
  • Kapan (tingkah laku yang mengganggu orang tua).
  • Karena/sebab (alasan atau penjelasan apa yang diperkirakan akan terjadi).
  • Perilaku remaja yang diharapkan oleh orang tua.
    5.  Menentukan dan Menyikapi Masalah Komunikasi Orang Tua dengan Remaja

         Ketika Menghadapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita perlu mengetahui masalah siapa ini.

a. Cara Menyikapi Masalah

         Setelah kita mengetahui masalah siapa, maka akibatnya siapa yang memiliki masalah harus bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila masalah itu adalah maslah remaja maka teknik yang digunakan adalah mendengar aktif. Bila masalah itu adalah masalah orang tua, maka teknik yang digunakan adalah lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku remaja, sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain.

b. Manfaat Menentukan Masalah

         Dengan menentukan masalah, orang tua dapat mengetahui apa yang harus dilakukan sehingga mereka bisa memutuskan apakah membiarkan remaja mengatasinya sendiri atau membantu apabila perlu. Disamping itu menentukan masalah dapat melatih remaja untuk mandiri dengan cara:
  • Memahami perasaannya.
  • Mengetahui pemilik masalah.
  • Mencari kemungkinan jalan keluar.
  • Memilih mana yang akan dijalani.
  • Membuat kesepakatan untuk melaksanakan.
  • Melakukan evaluasi.
         Baik masalah orang tua atau remaja pemecahannya dapat dilakukan dengan melibatkan remaja. Bila persoalan orang tua, remaja merasa dihargai. Bila masalah remaja, maka remaja belajar keterampilan baru sehingga secara bertahap dapat mengurus masalahnya sendiri.

c. Tips Menentukan dan Menyikapi Masalah

         Tanyakanlah pada diri sendiri serangkaian pertanyaan di bawah ini:
    1. Apakah tingkah laku remaja mengganggu hak dan keselamatan kita sebagai manusia?
  • Ya
  • Tidak
    2. Apakah tingkah laku remaja mengganggu keselamatan remaja atau orang lain?
  • Ya
  • Tidak
         Jika jawabannya "Ya" untuk kedua pertanyaan di atas maka berarti itu masalah orang tua, jika sebaliknya maka itu masalah remaja.

d. Perlunya Membiasakan untuk Mengetahui Masalah "Siapa", karena:
  • Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus mampu memecahkan semua masalah.
  • Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam memecahkan masalahnya sendiri.
  • Kita perlu membantu remaja untuk tidak terlalu ikut campur urusan orang lain.
  • Remaja perlu belajar sendiri.
    6.  Mengenal dan Menghindari Gaya Penghambat Komunikasi

         Dalam berkomunikasi dengan remaja, orang tua sering bereaksi terhadap ungkapan perasaan, pikiran, maupun pernyataan remaja dengan gaya yang membuat perasaan menjadi tidak nyaman dan merusak harga diri remaja, sehingga menyebabkan komunikasi menjadi terhambat. Oleh karena itu orang tua diharapkan dapat mengenali gaya komunikasi tersebut dan berusaha menghindari atau tidak menggunakannya. Adapun beberapa gaya penghambat komunikasi, antara lain:

a. Memerintah
  • Tujuan orang tua: mengendalikan situasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat.
  • Pesan yang ditangkap remaja: harus patuh tidak punya pilihan.
  • Contoh: "Jangan mengeluh, kerjakan saja!"
b. Menyalahkan
  • Tujuan orang tua: memberitahukan remaja kesalahannya.
  • Pesan yang ditangkap remaja: tidak pernah benar/baik.
  • contoh: "Pasti kamu bikin onal lagi, apalagi yang kamu lakukan sampai ayah dipanggil ke sekolah?"
c. Meremehkan
  • Tujuan orang tua: Menunjukkan ketidakmampuan remaja dan orang tua lebih tahu.
  • Pesan yang ditangkap remaja: tidak berharga/merasa tidak mampu.
  • contoh: "Kamu kan belum berpengalaman, coba pikirkan saran ibu"
d. Membandingkan
  • Tujuan orang tua: memotivasi dengan memberi contoh orang lain.
  • Pesan yang ditangkap remaja: tidak disayang, pilih kasih, saya memang selalu jelek.
  • contoh: "Buang sampah seenaknya, lihat dong apa yang dikerjakan adikmu".
e. Memberi Cap
  • Tujuan orang tua: memberitahu kekurangan dengan maksud remaja berubah.
  • Pesan yang ditangkap remaja: itulah saya.
  • contoh: "Seperti anak-anak saja, cengeng".
f. Mengancam
  • Tujuan orang tua: supaya menurut/patuh dengan cepat.
  • Pesan yang ditangkap remaja: cemas, takut.
  • contoh: "Jangan bicara begitu, awas kalau sekali lagi bicara seperti itu, tahu sendiri".
g. Menasehati
  • Tujuan orang tua: supaya remaja tahu mana yang baik dan buruk.
  • Pesan yang ditangkap remaja: sok tahu, bosan dan bawel.
  • contoh: "Sebaiknya kamu terus terang saja mengatakannya".
h. Membohongi
  • Tujuan orang tua: membuat urusan menjadi gampang.
  • Pesan yang ditangkap remaja: orang tua/orang dewasa tidak dapat dipercayai.
  • contoh: "Kalau tidak selesai, nanti diganggu setan".
i. Menghibur
  • Tujuan orang tua: menghilangkan kesedihan/kekecewaan, remaja jadi senang terus dan jangan larut.
  • Pesan yang ditangkap remaja: senang, lupa, dan mengerti melarikan masalah.
  • contoh: "Banyak yang seperti kamu, ya sudah jangan dipikirin, nanti juga hilang".
j. Mengkritik
  • Tujuan orang tua: meningkatkan kemampuan dirinya agar remaja memperbaiki kesalahan.
  • Pesan yang ditangkap remaja: kurang, salah.
  • contoh: "Dasar pemalas, banyak bicara, tapi tidak mau mengerjakan".
k. Menyindir
  • Tujuan orang tua: memotivasi, mengingatkan supaya tidak selalu melakukan seperti itu dengan cara menyatakan yang sebaliknya.
  • Pesan yang ditangkap remaja: menyakiti hati.
  • contoh: "Sebentar lagi turun hujan, tumben kamu kok mau nyapu".
i. Menganalisa
  • Tujuan orang tua: mencari penyebab positif/negatif remaja atau kesalahannya dan berupaya mencegahnya agar tidak melakukan kesalahan yang sama lagi.
  • Pesan yang ditangkap remaja: ibu sok pintar.
  • contoh: "Ah, kamu saja yang mau libur, kok mengatakan bahwa teman-teman yang mengusulkan libur".

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda