Senin, 02 Juni 2014

PILIHAN KONTRASEPSI BAGI IBU PASCA PERSALINAN DAN IBU MENYUSUI

   Ibu pasca persalinan dan ibu menyusui
  • Ibu pasca persalinan adalah ibu yang telah melahirkan sampai 42 hari pasca persalinan.
  • Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan ASI, baik secara eksklusif (6 bulan) maupun sampai 2 tahun.
   Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum memilih kontrasepsi pasca persalinan
  • Mendapatkan konseling kontrasepsi dari provider baik disaat perawatan kehamilan (ANC) maupun persalinan.
  • Pilihan kontrasepsi berdasarkan Informed choice pada saat konseling.
  • Kondisi kesehatan ibu pasca persalinan atau keguguran.
  • Mendapatkan dukungan dari suami/istri.
   Pilihan Kontrasepsi Bagi Ibu Menyusui
  • Metode operasi wanita (MOW) adalah metode kontrasepsi mantap dengan efektifitas tinggi 99,5% yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi. Untuk ibu yang tidak ingin punya anak lagi dengan syarat-syarat lebih dari 26 tahun, dengan jumlah anak sudah lebih dari 2 orang dan sudah yakin dengan pilihannya.
  • IUD pasca persalinan merupakan kontrasepsi dalam rahim yang mempunyai jangka panjang sampai 10 tahun yang terdiri dari:
  1. IUD Post Plasenta yaitu IUD yang dapat dipasang dalam tenggang waktu 10 menit setelah plasenta /ari-ari lahir.
  2. IUD Post Seksio yaitu IUD yang dapat dipasang segera setelah operasi seksio sesaria.
  3. IUD Post Partum yaitu IUD yang dapat dipasang sampai 48 jam pertama pasca persalinan.
  • Implant adalah kontrasepsi yang dipasang di bawah lapisan kulit pada lengan atas bagian samping dalam, yang berisi Progestin Only sehingga tidak mengganggu produksi ASI dan dapat dipakai sampai dengan 3 tahun. Implant dapat dipasang paling cepat 4 minggu setelah bersalin.
  • Suntikan Progestin merupakan kontrasepsi hormonal berjenis Depo yang dapat dipakai oleh ibu yang sedang menyusui karena tidak mengganggu produksi ASI. Suntikan ini diberikan setiap 3 bulan dan dapat digunakan dalam 7 hari setelah bersalin.
  • Minipil adalah pil kontrasepsi yang dapat diberikan pada ibu setelah bersalin dan ibu menyusui karena tidak mengganggu produksi ASI. Pil ini dapat diberikan dalam 3 hari setelah persalinan.
  • Kondom dapat dipakai oleh suami jika setelah bersalin ibu atau suaminya belum memilih kontrasepsi yang cocok, sehingga dapat dipakai sebagai kontrasepsi sela.
   Saat yang tepat untuk mengunjungi petugas kesehatan

         Apabila terjadi keluhan setelah pemasangan salah satu alat/obat kontrasepsi maka dapat mengunjungi petugas kesehatan. keluhan tersebut antara lain:
  • MOW dapat dilakukan dengan cara minilap dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.
  • Untuk pemakain IUD: kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu pemasangan atau jika mengalami nyeri perut bawah, perdarahan antara haid dan nyeri setelah senggama. Juga jika benang tidak teraba, merasakan bagian keras dari IUD atau IUD terlepas.
  • Untuk penggunaan Implant: memeriksakan diri jika ada nyeri perut bagian bawah yang hebat, terjadi perdarahan yang banyak dan lama, adanya nanah atau perdarahan pada bekas pemasangan implant, lepasnya batang implant, sakit kepala sebelah/berulang dan jika terjadi terlambat haid ada kemungkinan terjadi kehamilan.

PERENCANAAN KELUARGA

   Tahapan seorang wanita dalam masa usia reproduksi
  • Setelah mendapat haid pertama (menarche), seorang wanita dapat hamil dan melahirkan.
  • Kehamilan dan kelahiran yang terbaik adalah pada usia 20-35 tahun, karena resiko persalinan lebih rendah.
  • Jarak kelahiran sebaiknya 2-4 tahun, karena resiko persalinannya lebih rendah.
  • Kesuburan seorang wanita akan berlangsung sampai berakhir masa haid (menopause).
   Pola Perencanaan Keluarga
  • Fase menunda kehamilan yaitu pada wanita usia sebelum 20 tahun.
  • Fase menjarangkan kehamilan yaitu pada wanita usia 20-35 tahun, dengan rentang jarak kehamilan 2-4 tahun.
  • Fase tidak hamil lagi sebaiknya pada wanita usia lebih dari 35 tahun.
   Cara Agar Kehamilan Aman

         Peningkatan akses pelayanan KB untuk mencegah kehamilan pada waktu yang tidak sesuai dan kehamilan yang tidak diharapkan, dengan cara mencegah "4 Terlalu" yang berhubungan dengan kehamilan, yaitu:
  • Terlalu muda (kurang dari 20 tahun).
  • Terlalu tua (lebih dari 35 tahun).
  • Terlalu dekat (jarak kehamilan kurang dari 2 tahun).
  • Terlalu banyak (lebih dari 3 anak).
   Memilih Kontrasepsi Rasional
  • Fase menunda kehamilan dapat dipilih kontrasepsi dengan urutan : pil, kondom, suntikan, implant dan IUD.
  • Fase menjarangkan kehamilan dapat dipilih kontrasepsi dengan urutan : IUD, implant, suntikan, pil dan kondom.
  • Fase tidak hamil lagi dapat dipilih kontrasepsi dengan pilihan : MOW dan MOP.

Kamis, 29 Mei 2014

KELUARGA BERENCANA

Keluarga berencana adalah upaya untuk:
  • Mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi, perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan, dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal.
  • Mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal melahirkan anak.
  • Mengatur kehamilan.
  • Membina ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesehatan reproduksi adalah:

         kondisi sejahtera secara fisik, mental, dan sosial secara sempurna, serta bukan hanya terhindar dari kesakitan dan kecacatan, baik pada alat, sistem, fungsi, dan proses reproduksi sehingga memungkinkan setiap orang hidup produktif secara biologis, sosial, dan ekonomis.

Manfaat KB

   1. Bagi Ibu
  • Mencegah anemia (kurang darah) : kandungan zat besi (Fe) yang ada pada salah satu alat/obat kontrasepsi (Pil Kombinasi), dapat mencegah resiko anemia berat, sehingga dengan ber-KB ibu dapat menjaga kesehatan fisik dan kesehatan fisik dan kesehatan reproduksinya dengan lebih optimal. Apabila diimbangi dengan memperhatikan asupan gizi yang memadai, ibu akan terhindar dari anemia berat dan resiko kasakitan serta kematian ibu dapat diturunkan.
  • Mencegah perdarahan yang terlalu banyak setelah persalinan : dengan ber-KB setelah melahirkan, seorang ibu dapat mencegah terjadinya perdarahan yang terlalu banyak setelah melahirkan, dan mempercepat pulihnya kondisi kesehatan rahim.
  • Mencegah kehamilan tidak diinginkan (KTD) : dengan ber-KB keluarga dapat merencanakan dan mengatur kelahiran anak-anaknya dengan menghindari kehamilan "4 Terlalu" (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering/dekat dan terlalu banyak). Menghindari kehamilan yang tidak/belum diinginkan, akan menurunkan resiko kesakitan dan kematian ibu.
  • Mendekatkan ibu terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan : pada saat memperoleh pelayanan KB, ibu akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan, informasi tentang KB secara lengkap yang bermanfaat dalam merencanakan kehamilan.
  • Meningkatkan keharmonisan keluarga : dengan ber-KB ibu mempunyai kesempatan dan waktu luang dalam memperhatikan dan merawat diri sendiri sehingga dapat mengurus, mendidik, merawat keluarga menjadi lebih baik dan harmonis tanpa rasa takut hamil, mendiskusikan semua permasalahan dengan suami.
   2. Bagi Anak
  • Mencegah kurang gizi : KB memberikan kesempatan pada ibu dalam mempersiapkan kehamilannya, agar janin yang dikandungnya mendapatkan kecukupan gizi yang sempurna, serta dapat lahir aman dan selamat. Dengan memiliki jumlah anggota keluarga yang kecil/sedikit, pemenuhan gizi bagi semua anggota keluarga akan lebih tercukupi.
  • Tumbuh kembang anak terjamin : selain hak anak, maka pengaturan jarak kehamilan memberi peluang kepada setiap anak untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih optimal menjadi generasi yang berkualitas.
  • Kebutuhan ASI eksklusif 6 bulan terpenuhi : salah satu cara ber-KB yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama dikenal dengan nama MAL. MAL akan memberikan kesempatan kepada bayi untuk mendapatkan gizi yang paling sempurna yang terkandung didalam ASI, untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
   3. Ekonomi
  • Mengurangi biaya kebutuhan rumah tangga : dengan ber-KB minimal tidak akan menambah anggota baru dalam keluarganya, sehingga keluarga lebih leluasa dalam mengatur biaya kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan anak-anak, perawatan kesehatan bagi anggota keluarganya dan lain-lain. Bagi ibu yang menggunakan cara KB MAL akan mengurangi pengeluaran keluarga untuk membeli alat/obat kontrasepsi minimal 6 bulan.
  • Meningkatkan/menambahkan pendapatan ekonomi keluarga : dengan mengatur jarak kelahiran antar anak, anggota keluarga khususnya ibu mempunyai peluang dan kesempatan yang besar untuk berusaha, misalnya ikut dalam kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dan lainya.
   4. Sosial Budaya
  • Meningkatkan kesempatan bermasyarakat : dengan ber-KB, ibu memiliki kesempatan dan waktu yang lebih banyak untuk bersosialisasi dan aktif pada kegiatan sosial di masyarakat.
  • Meningkatkan peran ibu dalam pengambilan keputusan keluarga : dengan ber-KB, ibu mempunyai kesempatan dan berkontribusi sebagai mitra yang setara dalam pengambilan keputusan seperti memilih jenis kontrasepsi, menentukan jumlah anak dan jarak kehamilan yang diinginkan.

Rabu, 21 Mei 2014

KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA DENGAN REMAJANYA

Gaya Komunikasi Orang Tua dengan Remajanya

         Pada fase remaja, mereka tidak cocok diajak berkomunikasi dengan gaya orang tua yang memerintah dan mengatur, karena mereka akan memandang orang tua sebagai sosok yang mengancam dan tiak mampu mengerti diri remaja. Gaya komunikasi yang cocok dengan remaja adalah dengan gaya komunikasi layaknya seorang teman. Orang tua dapat mengajak anak berkomunikasi dengan santai, tidak memberikan penilaian, serta tidak terkesan menggurui. Dengan gaya komunikasi seperti ini membuat remaja merasa lebih aman dan nyaman dalam mendengarkan orang tua, karena orang tua dianggap mampu mengerti posisi serta keinginan diri remaja.

Gaya Berkomunikasi Remaja dengan Orang Tuanya

         Remaja saat ini nyaman berkomunikasi dengan teman atau sebayanya melalui jejaring sosial, misalnya Facebook dan Twitter. Tidak dapat dipungkiri bahwa bergaul dalam jejaring sosial adalah hal yang sangat menyenangkan. Hanya dengan berbekal akun, masyarakat pengguna situs jejaring sosial dapat menerima dan bertukar informasi dengan siapapun dari seluruh penjuru dunia.
         Dari jejaring sosial tersebut, sebenarnya orang tua bisa memantau kegiatan anak remajanya. Bukan tidak mungkin jika seorang anak yang terlihat biasa-biasa saja ternyata sedang memendam satu permasalahan dan mereka akan cenderung lari ke jejaring sosialnya untuk bercurhat, bukan kepada orang tuantya.

Keterampilan Komunikasi Orang Tua dengan Remajanya

         Ada beberapa keterampilan komunikasi yang perlu dikembangkan oleh orang tua dengan remajanya, antara lain:

    1.  Mengenal Diri Orang Tua

         Dalam berkomunikasi terutama dengan remaja penting bagi orang tua harus mengenal:
  • Kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya.
  • Kelemahan atau kekurangan yang dirasa mengganggu.
  • Cara memanfaatkan kelebihan dan mengatasi kekurangan diri.
         Dengan pengenalan diri, orang tua bisa menerima diri apa adanya, sehingga tahu apa yang harus dirubah. Selain itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan mudah menerima remajanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

         Ada beberapa cara agar orang tua dapat mengenal dirinya sendiri yaitu melalui:
  • Menghargai diri sendiri : biasakan tidak membandingkan diri dengan orang lain, karena setiap orang itu unik, kita dan orang lain pasti memiliki perbedaan.
  • Menghargai upaya yang sudah kita lakukan : walaupun mungkin belum berhasil, tetapi tetap berusaha menghargai niat dan upaya yang telah kita lakukan.
  • Menentukan tujuan hidup kita : sebagai orang tua tentukan tujuan dalam mendidik anak, ingin menjadi ibu yang menjadi panutan bagi anak-anaknya atau ingin menjadi ayah yang sukses mendidik anaknya.
  • Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Memandang dirinya maupun remaja dari sisi positif.
  • Mengembangkan minat dan kemampuan diri : bersedia menghabiskan waktu dan tenaga untuk belajar dan melakukan tugas sampai tujuan tercapai.
  • Mengendalikan perasaan : tidak mudah marah, menghadapi kesedihan dengan wajar dan tidak berlebihan, tidak mudah terpengaruh keadaan sesaat, dan bisa menerima penjelasan remaja dengan tenang.
    2.  Mengenal Diri Remaja

         Penting bagi orang tua memahami perasaan remaja. Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja yang disebabkan karena orang tua kurang dapat memahami perasaan remaja yang diajak bicara. Agar komunikasi dapat lebih efektif, orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami perasaan remaja sebagai lawan bicara.

         Pada dasarnya kebutuhan manusia yang paling dalam adalah keinginan agar perasaannya dimengerti, didengar, dihargai, dan dirinya dapat diterima oleh orang lain. Dengan bersedia menerima perasaan remaja, menunjukkan bahwa kita menghargai remaja dan hal tersebut membuat mereka merasa berharga. Remaja akan belajar bahwa bukan hanya perasaan mereka saja yang penting, tetapi juga perasaan orang lain sama pentingnya.

a.  Perasaan yang sering dialami remaja
  • Perasaan negatif (marah, kesal, bosan, bingung, kecewa, frustasi, merasa tidak diperhatikan, kaget, ragu-ragu, tidak nyaman, merasa tidak dicintai, dan sebagainya).
  • Perasaan positif (berani, puas, yakin pada kemampuan diri, senang, berminat, bangga, hebat, dan sebagainya).
         Perasaan memegang peran yang sangat penting dalam berkomunikasi. Seseorang yang sedang dalam perasaan senang akan mudah berkomunikasi atau menyampaikan pikiran, pendapat, bahkan perasaan hatinya.

b.  Cara memahami perasaan remaja

         Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus menerima terlebih dahulu perasaan dan ungkapan remaja, terutama ketika ia sedang mengalami masalah. Ini sangat penting agar mereka merasa nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan dengan lawan bicaranya. Banyak perasaan yang dialami seseorang termasuk remaja tidak akan muncul dalam ungkapan atau kata-kata namun muncul dalam bahasa tubuh seperti tersenyum, menangis, gugup, dan lain sebagainya.

    3.  Mendengar Aktif

         Mendengar aktif adalah cara mendengar dan menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan menunjukkan kepada remaja bahwa kita sungguh-sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang terkandung didalamnya. Kita dapat memahami remaja seperti yang mereka rasakan bukan seperti apa yang kita lihat atau kita sangka.

         Beberapa sikap yang perlu dikembangkan oleh orang tua dalam mendengar persoalan remaja:
  • Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan sungguh-sungguh.
  • Membuka diri dan siap mendengarkan.
  • Tidak berbicara ketika remaja berbicara.
  • Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan remaja sesuai dengan kaca mata remaja, bukan kaca mata orang tua.
         Mendengar aktif sangat tepat digunakan apabila remaja sedang mengalami masalah dan menunjukkan emosi yang kuat, atau remaja tidak menunjukkan emosi akan tetapi dapat ditangkap perasaannya sedang tidak nyaman. Dalam mendengar aktif, orang tua seolah-olah berperan seperti cermin dengan memantulkan kembali, memaknai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang diungkapkan remaja, sehingga ia merasa didengar, dipahami, dan didukung.

         Banyak keuntungan yang diperoleh jika kita mendengar aktif pada saat berkomunikasi dengan remaja, antara lain:
  • Membantu remaja untuk mengenal, menerima, dan mengerti perasaannya sendiri serta menemukan cara mengatasi perasaan dan masalahnya.
  • Merangsang mereka untuk berbicara dan mengemukakan masalahnya sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya dirasakan remaja. Dengan demikian perasaan negatif tersebut sedikit demi sedikit akan hilang.
  • Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan hubungan orang tua dengan remaja. Kita jadi belajar untuk bisa menerima keunikan remaja yang sedang kita dengarkan masalahnya.
  • Membuat remaja merasa dirinya penting dan berharga.
  • Membuat remaja merasa diterima dan dipahami cenderung akan mudah menerima dan memahami orang lain.
  • Membuat remaja mau mendengarkan orang tuanya sehingga mudah terjalin kerja sama.
    4.  Memahami "Pesan Kamu" dan "Pesan Saya"

a. Pengertian "Pesan Kamu" dan "Pesan Saya"

         "Pesan Kamu" adalah cara orang tua berkomunikasi dengan terbiasa menggunakan bahasa "Kamu". Cara seperti ini tidak menyampaikan akibat perilaku remaja terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan remaja, cenderung tidak membedakan antara remaja dan perilakunya sehingga membuat remaja merasa disalahkan, direndahkan, dan disudutkan.

         "Pesan Saya" lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku remaja sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui "Pesan Saya" akan mendorong semangat remaja mengembangkan keberanian sehingga remaja akan merasa nyaman.

b. Cara Mempraktekkan "Pesan Saya"
  • Ungkapkan perasaan orang tua yang bersangkut paut dengan konsekuensi perilaku remaja.
  • Tunjukkan hal yang khusus dan positif apa yang orang tua inginkan agar remaja mau melakukannya.
c. "Pesan Saya" ada 4
  • Saya merasa (pernyataan yang mengandung bagaimana perasaan orang tua yang berkaitan dengan tingkah laku remaja yang mengganggu).
  • Kapan (tingkah laku yang mengganggu orang tua).
  • Karena/sebab (alasan atau penjelasan apa yang diperkirakan akan terjadi).
  • Perilaku remaja yang diharapkan oleh orang tua.
    5.  Menentukan dan Menyikapi Masalah Komunikasi Orang Tua dengan Remaja

         Ketika Menghadapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita perlu mengetahui masalah siapa ini.

a. Cara Menyikapi Masalah

         Setelah kita mengetahui masalah siapa, maka akibatnya siapa yang memiliki masalah harus bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila masalah itu adalah maslah remaja maka teknik yang digunakan adalah mendengar aktif. Bila masalah itu adalah masalah orang tua, maka teknik yang digunakan adalah lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku remaja, sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain.

b. Manfaat Menentukan Masalah

         Dengan menentukan masalah, orang tua dapat mengetahui apa yang harus dilakukan sehingga mereka bisa memutuskan apakah membiarkan remaja mengatasinya sendiri atau membantu apabila perlu. Disamping itu menentukan masalah dapat melatih remaja untuk mandiri dengan cara:
  • Memahami perasaannya.
  • Mengetahui pemilik masalah.
  • Mencari kemungkinan jalan keluar.
  • Memilih mana yang akan dijalani.
  • Membuat kesepakatan untuk melaksanakan.
  • Melakukan evaluasi.
         Baik masalah orang tua atau remaja pemecahannya dapat dilakukan dengan melibatkan remaja. Bila persoalan orang tua, remaja merasa dihargai. Bila masalah remaja, maka remaja belajar keterampilan baru sehingga secara bertahap dapat mengurus masalahnya sendiri.

c. Tips Menentukan dan Menyikapi Masalah

         Tanyakanlah pada diri sendiri serangkaian pertanyaan di bawah ini:
    1. Apakah tingkah laku remaja mengganggu hak dan keselamatan kita sebagai manusia?
  • Ya
  • Tidak
    2. Apakah tingkah laku remaja mengganggu keselamatan remaja atau orang lain?
  • Ya
  • Tidak
         Jika jawabannya "Ya" untuk kedua pertanyaan di atas maka berarti itu masalah orang tua, jika sebaliknya maka itu masalah remaja.

d. Perlunya Membiasakan untuk Mengetahui Masalah "Siapa", karena:
  • Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus mampu memecahkan semua masalah.
  • Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam memecahkan masalahnya sendiri.
  • Kita perlu membantu remaja untuk tidak terlalu ikut campur urusan orang lain.
  • Remaja perlu belajar sendiri.
    6.  Mengenal dan Menghindari Gaya Penghambat Komunikasi

         Dalam berkomunikasi dengan remaja, orang tua sering bereaksi terhadap ungkapan perasaan, pikiran, maupun pernyataan remaja dengan gaya yang membuat perasaan menjadi tidak nyaman dan merusak harga diri remaja, sehingga menyebabkan komunikasi menjadi terhambat. Oleh karena itu orang tua diharapkan dapat mengenali gaya komunikasi tersebut dan berusaha menghindari atau tidak menggunakannya. Adapun beberapa gaya penghambat komunikasi, antara lain:

a. Memerintah
  • Tujuan orang tua: mengendalikan situasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat.
  • Pesan yang ditangkap remaja: harus patuh tidak punya pilihan.
  • Contoh: "Jangan mengeluh, kerjakan saja!"
b. Menyalahkan
  • Tujuan orang tua: memberitahukan remaja kesalahannya.
  • Pesan yang ditangkap remaja: tidak pernah benar/baik.
  • contoh: "Pasti kamu bikin onal lagi, apalagi yang kamu lakukan sampai ayah dipanggil ke sekolah?"
c. Meremehkan
  • Tujuan orang tua: Menunjukkan ketidakmampuan remaja dan orang tua lebih tahu.
  • Pesan yang ditangkap remaja: tidak berharga/merasa tidak mampu.
  • contoh: "Kamu kan belum berpengalaman, coba pikirkan saran ibu"
d. Membandingkan
  • Tujuan orang tua: memotivasi dengan memberi contoh orang lain.
  • Pesan yang ditangkap remaja: tidak disayang, pilih kasih, saya memang selalu jelek.
  • contoh: "Buang sampah seenaknya, lihat dong apa yang dikerjakan adikmu".
e. Memberi Cap
  • Tujuan orang tua: memberitahu kekurangan dengan maksud remaja berubah.
  • Pesan yang ditangkap remaja: itulah saya.
  • contoh: "Seperti anak-anak saja, cengeng".
f. Mengancam
  • Tujuan orang tua: supaya menurut/patuh dengan cepat.
  • Pesan yang ditangkap remaja: cemas, takut.
  • contoh: "Jangan bicara begitu, awas kalau sekali lagi bicara seperti itu, tahu sendiri".
g. Menasehati
  • Tujuan orang tua: supaya remaja tahu mana yang baik dan buruk.
  • Pesan yang ditangkap remaja: sok tahu, bosan dan bawel.
  • contoh: "Sebaiknya kamu terus terang saja mengatakannya".
h. Membohongi
  • Tujuan orang tua: membuat urusan menjadi gampang.
  • Pesan yang ditangkap remaja: orang tua/orang dewasa tidak dapat dipercayai.
  • contoh: "Kalau tidak selesai, nanti diganggu setan".
i. Menghibur
  • Tujuan orang tua: menghilangkan kesedihan/kekecewaan, remaja jadi senang terus dan jangan larut.
  • Pesan yang ditangkap remaja: senang, lupa, dan mengerti melarikan masalah.
  • contoh: "Banyak yang seperti kamu, ya sudah jangan dipikirin, nanti juga hilang".
j. Mengkritik
  • Tujuan orang tua: meningkatkan kemampuan dirinya agar remaja memperbaiki kesalahan.
  • Pesan yang ditangkap remaja: kurang, salah.
  • contoh: "Dasar pemalas, banyak bicara, tapi tidak mau mengerjakan".
k. Menyindir
  • Tujuan orang tua: memotivasi, mengingatkan supaya tidak selalu melakukan seperti itu dengan cara menyatakan yang sebaliknya.
  • Pesan yang ditangkap remaja: menyakiti hati.
  • contoh: "Sebentar lagi turun hujan, tumben kamu kok mau nyapu".
i. Menganalisa
  • Tujuan orang tua: mencari penyebab positif/negatif remaja atau kesalahannya dan berupaya mencegahnya agar tidak melakukan kesalahan yang sama lagi.
  • Pesan yang ditangkap remaja: ibu sok pintar.
  • contoh: "Ah, kamu saja yang mau libur, kok mengatakan bahwa teman-teman yang mengusulkan libur".

Rabu, 07 Mei 2014

PEMBINAAN PENGEMBANGAN POTENSI BAGI LANJUT USIA (LANSIA)

PERAN LANSIA DALAM PENGASUHAN BALITA

   A.   Tugas Perkembangan Para Lanjut Usia
  • Mengusahakan kehidupan dimasa tua tetap menyenangkan, selalu optimis.
  • Menyesuaikan diri dengan penghasilan pensiunnya, yang biasanya lebih kecil.
  • Memantapkan kegiatan sehari-hari melalui pengembangan hobi, mengikuti kegitan sosial dan keagamaan serta bersosialisasi dengan teman-teman.
  • Menjaga kesehatan fisik dan mental dengan menjaga makanan dan istirahat teratur.
  • Menjaga kehidupan yang bahagia dengan pasangan dan keluarganya.
  • Tetap menjaga hubungan dengan keluarga besar dan rekan-rekannya.
  • Selalu aktif dan mengikuti berbagai kegiatan sesuai dengan kondisi usia lanjut.
  • Menemukan makna hidup dengan mengikuti berbagai kegiatan keagamaan bersama rekan dan tetap mengembangkan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat luas.
   B.   Menjadi Kakek Nenek
  • Sebagai penasehat atau pembimbing keluarga dan sanak saudara dilingkungan keluarga.
  • Sebagai panutan dalam keluarga.
  • Mengamalkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang baik dan berharga kepada anak cucu dan generasi muda.
  • Membantu meningkatkan pendapatan keluarga.
  • Peran untuk menyenangkan cucu. Peran ini sifatnya informal, misalnya mengajak cucu untuk bermain dan bercengkrama.
  • Peran sebagai pengganti orang tua yang bertugas mengasuh dan mendisiplinkan cucu dan biasanya dilakukan oleh nenek saja. Nenek biasanya lebih akrab dengan cucu dibandingkan kakek.
  • LANSIA biasanya memiliki peran penting untuk memberikan berbagai keterampilan dan pengetahuan khusus, misalnya tentang berkebun, memberi nasehat pada saat keluarga dalam krisis (menghadapi kasus perselisihan, perceraian) atau hal-hal penting dalam keluarga (pertunangan/pernikahan).
   C.   LANSIA dalam Pengasuhan Balita

         LANSIA mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang pengasuhan anak dan balita, hal ini dapat membantu keluarga tersebut tidak hanya sekedar berbagi pengetahuan bahkan mungkin turut membantu mengasuh dan mendidik anak balita (cucu). Dengan perubahan struktur ekonomi saat ini yang memungkinkan wanita meraih pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik, seringkali setelah menikah dan mempunyai anak mereka meninggalkan balita di rumah dengan pengasuhan seadanya. Keberadaan lanjut usia di dalam keluarga memungkinkan membantu pengasuhan dan perawatan balita dengan lebih baik.

PEMBINAAN EKONOMI BAGI LANSIA

   1.  Pensiun/Berhenti Bekerja
        Pensiun berhenti kerja dapat menjadi sumber kekecewaan-kekecewaan dan menimbulkan masalah sosial emosional LANSIA.

   2.  Ditinggal Pasangan Hidup
        Keberadaanya sangat berarti bagi LANSIA pasangan hidup (suami/istri) selain itu kesendirian dapat menyebabkan kesedihan.

   3.  Berkurangnya Hubungan Sosial
        Dapat menyebabkan mengisolasi diri.

   4.  Anaknya sudah berkeluarga sibuk bekerja dan tinggal terpisah.
        LANSIA kesepian dan merasa kurang diperhatikan apabila dijenguk.

   A.   Upaya Pembinaan Ekonomi Bagi LANSIA

         1.  Berikan kesadaran dan dorongan agar tetap tegar
  • Sadarkan bahwa pensiun adalah hal yang wajar dan terjadi pada setiap orang.
  • Berikan dorongan agar dapat mempunyai kesibukan produktif, tetapi memerlukan tenaga fisik seperti beternak, kerajinan tangan dan sebagainya.
         2.  Tingkatkan frekuensi komunikasi kesibukan dan pendekatan agama.
  • Tingkatkan frekuensi untuk memberikan ketenangan hati LANSIA yang ditinggal pasangannya.
  • Bantu LANSIA untuk menciptakan kesibukan agar cepat melupakan musibah yang dialaminya.
  • Dekati dengan cara agama yang dianutnya bahwa kematian akan dialami setiap orang.
         3.  Jangan putuskan kontak sosial dan ciptakan hubungan sosial lain
  • Jangan putuskan kontak sosial antara LANSIA dengan sahabat dan kelompok lamanya (antar bila perlu).
  • Ciptakan dan ikutkan dalam kelompok sosial yang lain  (pengajian, arisan dan lainnya).
  • Lebih mengakrabkan antara keluarga LANSIA yang bersangkutan dengan yang lainnya.
        4.  Pererat hubungan batin melalui media yang tepat
  • Luangkan waktu untuk berkomunikasi (makan, bersama, ngobrol bersama).
  • Apabila tinggal terpisah (kirim surat, telpon, usahakan untuk menjenguk LANSIA secara rutin terutama pada hari-hari penting) misalnya lebaran, natal, galungan, ulang tahun dan sebagainya.
   B.   Forum yang dapat digunakan untuk Pembinaan Sosial Ekonomi LANSIA

         1.  Keluarga
              Makan bersama, beribadah bersama, ngobrol bersama, rekreasi.

         2.  Kelompok PROKESRA UPPKS/KOPERASI
              Sebagai anggota, sebagai pengurus, sebagai pembina/penasehat. Dapat digunakan untuk peningkatan ekonomi LANSIA yang bersangkutan.

         3.  Kelompok Senam LANSIA
              Disamping untuk meningkatkan kesehatan, juga dapat digunakan sebagai forum kontak sosial sesama LANSIA.

         4.  Kelompok Pengajian/Doa
              Kelompok pengajian/doa dapat digunakan untuk pengetahuan dan pendalaman agama yang dianutnya dan merupakan forum kontal sosial yang kokoh.

         5.  Acara-acara Adat/Peringatan Hari Besar Agama
              Kerja sama antar anggota keluarga, anggota masyarakat dan lingkungan dapat mencegah perasaan terisolasi.

PEMBINAAN SOSIAL KEMASYARAKATAN BAGI LANJUT USIA (LANSIA)

Kepedulian Sesama Lansia
  • Memberikan santunan kepada sesama LANSIA.
  • Melakukan silahturahmi.
  • Mengunjungi LANSIA yang sakit.
  • Melayat LANSIA yang meninggal.
Masalah Interaksi Sosial Pada LANSIA

     a. Masalah yang ditimbulkan oleh pasangan hidup

         Sejalan dengan pertambahan usia akan mengalami penurunan fisik dan psikologis yang menimbulkan disharmonis dengan pasangan hidup, hal ini menimbulkan ketegangan emosional dan mempengaruhi hubungan suami-istri, bahkan tidak sedikit LANSIA yang mengalami perceraian diusia senja karena masing-masing mempertahankan sifat egoisnya. Ada juga pasangan LANSIA yang begitu ditinggal mati oleh pasangannya, mengalami ketidakseimbangan  mental maupun fisik sehingga tidak bergairah lagi dalam menjalani sisa hidupnya.
         Bila masalah-masalah ini terjadi, keluarga harus meminimalisir dengan mengalihkan melalui kegiatan yang bermanfaat, sehingga LANSIA dapat melupakan masalah yang dihadapinya. Kader Bina Keluarga Lansia (BKL) harus dapat membaca permasalahan yang dihadapi LANSIA, sehinga penyuluhan yang dilakukan sifatnya selain menambah pengetahuan juga dapat menghibur LANSIA.

     b. Masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan keluarga

         Masalah interaksi sosial LANSIA bisa juga disebabkan oleh lingkungan keluarga, misalnya ketidakcocokan dengan anggota keluarga, adanya perbedaan konsepsi antara LANSIA dengan keluarganya seperti keluarga melarang atau membatasi LANSIA untuk keluar rumah atau melakukan pekerjaan fisik tertentu. Keluarga bermaksud baik pada LANSIA dengan memposisikan keamanan dan kenyamanan, akan tetapi LANSIA merasa dikekang dan menimbulkan ketidaknyamanan bahkan merasa hidup di penjara karena terlalu banyak diatur keluarganya.
         Dalam kasus ini, keluarga harus paham dan memperlakukan LANSIA secara wajar sesuai dengan kondisi fisik dan psiklogisnya. Kalau LANSIA ini ikut penyuluhan kelompok BKL, bagaimana peran keluarga dalam mendukung LANSIA tersebut untuk aktif dan membimbing LANSIA di keluarganya serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

     c. Masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan masyarakat

         Lingkungan masyarakat yang tidak kondusif bagi LANSIA, akan menimbulkan masalah tersendiribagi LANSIA. Hal ini terjadi karena faktor kehidupan masa lalunya. Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikologis LANSIA yang sudah berubah, sehingga lingkungan masyarakat adakalanya menjadi masalah sendiri bagi LANSIA. Hal ini akan mudah mempengaruhi mental psikolgis LANSIA sehingga mudah stres, cepat emosi dan murung. Ada LANSIA yang tidak cocok dalam masyarakat yang hiruk pikuk, ada yang senang tinggal dilingkungan yang agamis, ada juga yang senang tinggal dalam lingkungan keluarga yang hangat, ramai, sehingga menambah gairah hidupnya.
         Keluarga harus bijak membahas masalah ini bersama LANSIA, mencarikan jalan keluarsehingga LANSIA betul-betul merasa nyaman di lingkungannya. Keikutsetaan dalam kelompok BKL yang secara rutin bertemu dengan LANSIA mungkin akan membantu mengurangi beban LANSIA.

     d. Masalah yang ditimbulkan oleh pekerjaan

         LANSIA dengan usia yang semakin rentan akan terbebani oleh pekerjaannya, misalnya harus mengasuh cucunya, dibebani oleh pekerjaan rumah lainnya. Keluarga harus mencarikan jalan keluar, harus ada keseimbangan yang dapat menghibur LANSIA sehingga tetap bersemangat.
     e. Masalah dalam menghadapi kematian

         Bagi sebagian LANSIA, kematian adalah sesuatu yang menakutkan, terutama LANSIA yang menyia-nyiakan masa lalunya, sehingga merasa kurang bekal terhadap persiapan ibadahnya. Keluarga atau kader BKL harus memompa semangat LANSIA dengan memfasilitasi untuk mendekatkan diri di bidang keagamaan, dengan cara menumbuhkan keimanan dan kepercayaan diri, sehingga LANSIA memahami bahwa kematian bukanlah hal yang harus ditakutkan.
Perlindungan Bagi LANSIA yang Mengalami Masalah

     a. Penelantaran LANSIA oleh keluarga
         Dalam posisi ini, Undang-undang tentang Lanjut Usia Nomor: 13 Tahun 1998 dan PP No: 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, peraturan perundang-undangan sudah mengatur kesana, tetapi pelaksanaannya belum dapat dirasakan secara menyeluruh.
     b. Tindakan kekerasan dan kejahatan
          Pelecehan, kekerasan dan kejahatan terhadap LANSIA merupakan pelanggaran hak asasi manusiadengan kausa bermakna cidera, penyakit, kehilangan produktifitas, isolasi dan keputus-asaan. Dalam hal ini BKL tidak akan banyak berbuat karena penyelesaiannya harus multidimensi, yang akan menyangkut petugas keamanan dan hukum. tetapi BKL dapat meminimalisir kasus ini dengan cara semakin meningkatkan kepedulian, membuka lebar forum curhat (curahan hati) sebagai kegiatan wajib pada kegiatan pertemuan penyuluhan, sehingga apabila memang terjadi pelecehan, kekerasan maupun kejahatan dapat dicegah sejak dini.
Konsep sosial kemasyarakatan

     a.  Pengertian sosial kemasyarakatan

         Sosial kemasyarakatan yang ingin ditumbuhkan dalam pengelolaan kelompok Bina Keluarga LANSIA (BKL) adalah penanaman nilai kepada setiap anggota bersama seluruh keluarganya, untuk dapat memiliki jiwa sosial, memiliki kepedulian, tolong menolong kelompok BKL.

     b.  Tujuan sosial kemasyarakatan

         Tujuannya untuk memupuk jiwa sosial, menumbuhkan kepedulian dalam sosial kemasyarakatan, saling membantu dan tolong menolong terhadap sesama lanjut usia.

     c.  Manfaat sosial kemasyarakatan bagi LANSIA
  • Memupuk kebersamaan terhadap LANSIA dan keluarganya.
  • Menghormati jasa LANSIA, sebagai rasa hormat dan cinta kasih keluarga kepada orang tuanya, kakek-neneknya dan handai taulan, karena keadaan keluarga saat ini adalah hasil jasa dan didikan dari LANSIA kita dahulu.
  • Tolong-menolong dan menunjukkan rasa kepedulian terhadap LANSIA dan keluarganya.
     d.  Jenis-jenis sosial kemasyarakatan
  • Kegiatan spiritual dibidang keagamaan, dalam rangka menyiapkan LANSIA dalam menghadapi hari depan.
  • Kegiatan gotong-royong untuk memupuk kebersamaan.
  • Kegiatan bakti sosial maupun kerja bakti sekitar lingkungan kegiatan kelompok BKL.
  • Kegiatan ekonomi produktif bagi LANSIA yang ingin dan berminat untuk menambah penghasilan.
  • Kegiatan penyaluran hobi dan bakat, seperti bidang kesenian dan budaya.

Selasa, 06 Mei 2014

PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL BAGI LANJUT USIA (LANSIA)

   Alasan Manusia Perlu Agama
  • Agama merupakan sumber nilai dan aturan yang mutlak kebenarannya karena berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.
  • Agama mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya.
  • Agama mengatur hubungan antara manusia dengan manusia.
  • Agama mengatur hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
  • Manusia pasti mati dan kematian merupakan kehidupan abadi.
  • Tempat kehidupan di akhirat ada dua yaitu surga dan neraka.

   Masalah Kehidupan Beragama Bagi LANSIA

     1.   LANSIA yang Mempunyai Pengetahuan dan Pengalaman Keagamaan

          LANSIA yang mempunyai potensi perlu dimanfaatkan atau diberi kesempatan sebagai pengajar, pendidik, teladan, idola, kader dalam keluarga maupun dalam kelompok kegiatan Bina Keluarga Lanjut Usia (BKL).

    2.   LANSIA Sebagai Pendidik dalam Keluarga

          Sebagai orang tua atau teladan dari cucu-cucunya hendaknya menjadi guru agama, seperti mengajar mengaji dan menceritakan kisah-kisah nabi atau pahlawan agama. Keluarga adalah tempat pendidikan yang utama dan pertama.

    3.   LANSIA Sebagai Kader dalam Kelompok BKL

          Bagi LANSIA yang mempunyai pengetahuan agama ysng tinggi hendaknya dimanfaatkan sebagai kader atau ketua atau pengurus kelompok BKL, bisa juga sebagai ustad atau guru sesuai dengan keinginan dan kemampuan serta tingkat pengetahuan para peserta kelompok BKL. Kelompok kegitan BKL merupakan tempat untuk memecahkan masalah dan bertukar masalah serta bertukar pengalaman diantara keluarga LANSIA.

    4.   LANSIA yang Kurang Mempunyai Pengetahuan dan Pengalaman Keagamaan

          Kurangnya pengetahuan agama dan menurunnya kondisi fisik bagi LANSIA sehingga tidak dapat melaksanakan kegiatan ibadah dengan baik dan sempurna, maka mereka perlu diberi kesempatan dan bimbingan oleh keluarganya serta didorong meningkatkan pengetahuan agama dan mengikuti kelompok kegiatan BKL.


   Pembinaan Kehidupan Keagamaan LANSIA dalam Keluarga
  • Keluarga membantu menyediakan tempat ibadah, sajadah, tasbih dan perlengkapan ibadah lainnya.
  • Keluarga membantu menyediakan kitab suci dan buku-buku agama.
  • Keluarga harus mampu menciptakan suasana yang mendukung penanaman sikap dan nilai-nilai kehidupan agama.
  • Keluarga harus mampu memberikan kesempatan kepada LANSIA (orang tuanya) untuk aktif mengikuti berbagai kegiatan keagamaan.
   Pembinaan Kehidupan Keagamaan LANSIA Melalui Kegiatan Kelompok BKL
  • Belajar membaca kitab suci agama secara bersama-sama.
  • Mempelajari kitab suci secara bertahap : menterjemahkan, menafsirkan, pandalaman makna ajaran agama khusus bagi LANSIA.